Tidak ada yang lebih indah daripada kehidupan yang penuh dengan
kesyukuran. Rasanya semua orang menginginkannya. Berbagai usaha pun dilakukan,
mulai dari yang kecil berupa membina hari, kemudian hal yang gampang dan ringan
dengan ucapan atau yang berat dan besar dengan tindakan-tindakan nyata.
Sayangnya tidak banyak orang yang pada akhirnya dapat
merasakan predikat indah itu. Kesyukuran seperti “Timbul tenggelam didalam
samudra kehidupan ini, Silih berganti”. Sebab jumlah nikmat yang tak terhitung
dan sifat lupa dan lalai manusia akan nikmat itu sendiri. Alhasil, hidup
berlimpah dengan rasa syukur menjadi barang yang sulit ditemukan. Tak jarang
malah terlupakan.
Didalam Al Qur’an telah dijelaskan dalam Surat Al-Israa’
ayat 3 :
Artinya (Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh.
Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.
Bahwa dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Nabi Nuh
Allaihissalam merupakan salah satu hamba
yang ahli syukur. Selain itu juga Nabi Daud Allaihissalam yang juga merupakan
hamba yang ahli syukur. Bahkan beliau pernah bertanya kepada Allah. “ Bagaimana
aku mampu bersyukur kepadaMu ya Allah, sedangkan bersyukur itu merupakan nikmat
dari Engkau? Kemudian Allah menjawab, “Sekarang engkau telah bersyukur
kepada-Ku, karena engkau mengakui nikmat itu berasal dari-Ku”.
Berkaitan dengan masalah ini Rasullullah Solallahu Alaihi
Wassalam pun menegaskan dengan sabdanya; “ Shalat yang paling dicintai oleh
Allah adalah shalat nabi Daud; ia tidur setengah malam, kemudian bangung
sepertiganya dan tidur seperenam malam. Puasa yang paling dicintai oleh Allah
juga puasa Daud; ia puasa sehari, kemudian ia berbuka di hari berikutnya, dan
begitu seterusnya”. (Rowahu al-Bukhari, Muslim).
Demikian juga apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam
masalah ini. Ketika turun Surat Fath ayat 1 yang menetapkan pengampunan Kepada
Rasulullah atas dosa yang terdahulu dan yang akan datang, kesungguhan
Rasulullah SAW dalam beryukur semakin menjadi. Shalat malamnya membuat kedua
kaki beliau bengkak-bengkak, sehingga Aisyah pun berkata,”Kenapa engkau berbuat
seperti ini? Bukankah Allah telah menjamin untuk mengampuni segala dosa-dosamu
baik yang awal maupun yang akhir?”Rasulullah menjawab, “Afalam akuunu abdan
syakuron”-Tidakkah aku menjadi hamba yang bersyukur-. (Rowahu Al Bukhari).
Dari hal tersebut diatas kita perlu menelusuri lebih sebagai
hamba yang beryukur. Walaupun tertulis sedikit kita berharap dan berusaha
menjadi bagian yang sedikit itu. Sebagai inspirasi cerita berikut menjadi
keteladanan. “Suatu saat umar bin Khathab pernah mendengar seseorang berdo’a, “
Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan yang sedikit”. Mendengar itu, Umar
terkejut dan bertanya,”Kenapa engkau berdo’a demikian?” Sahabat itu menjawab,”Karena
saya mendengar Allah berfirman,” Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang
bersyukur”, makanya aku memohon agar aku termasuk yang sedikit tersebut,”
Maka dari itu butuh kesyukuran didalam semua hal yang pernah
kita terima. Tapi kalau kita yakin Allah yang memberikan dan Allah yang
mengambil semua itu maka kita perlu “Kewalahan Syukur” atas segala nikmat dari
Allah SWT. Ucapan Syukur: Alhamdulillahirobbil A’lamin artinya segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam.
Faa bi ayyi alaa'i robbikuma tukadzibaan ?
ReplyDeletesemoga kita semua tergolong hamba-hamba Allah yang selalu bersyukur, krn dengan bersyukur kita akan mendapatkan cinta-Nya.