Ditulis oleh : Unknown Thursday, July 18, 2013

Tidak ada yang lebih indah daripada kehidupan yang penuh dengan kesyukuran. Rasanya semua orang menginginkannya. Berbagai usaha pun dilakukan, mulai dari yang kecil berupa membina hari, kemudian hal yang gampang dan ringan dengan ucapan atau yang berat dan besar dengan tindakan-tindakan nyata.

Sayangnya tidak banyak orang yang pada akhirnya dapat merasakan predikat indah itu. Kesyukuran seperti “Timbul tenggelam didalam samudra kehidupan ini, Silih berganti”. Sebab jumlah nikmat yang tak terhitung dan sifat lupa dan lalai manusia akan nikmat itu sendiri. Alhasil, hidup berlimpah dengan rasa syukur menjadi barang yang sulit ditemukan. Tak jarang malah terlupakan.
Didalam Al Qur’an telah dijelaskan dalam Surat Al-Israa’ ayat 3 :






Artinya (Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.


Bahwa dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Nabi Nuh Allaihissalam merupakan salah satu  hamba yang ahli syukur. Selain itu juga Nabi Daud Allaihissalam yang juga merupakan hamba yang ahli syukur. Bahkan beliau pernah bertanya kepada Allah. “ Bagaimana aku mampu bersyukur kepadaMu ya Allah, sedangkan bersyukur itu merupakan nikmat dari Engkau? Kemudian Allah menjawab, “Sekarang engkau telah bersyukur kepada-Ku, karena engkau mengakui nikmat itu berasal dari-Ku”.
Berkaitan dengan masalah ini Rasullullah Solallahu Alaihi Wassalam pun menegaskan dengan sabdanya; “ Shalat yang paling dicintai oleh Allah adalah shalat nabi Daud; ia tidur setengah malam, kemudian bangung sepertiganya dan tidur seperenam malam. Puasa yang paling dicintai oleh Allah juga puasa Daud; ia puasa sehari, kemudian ia berbuka di hari berikutnya, dan begitu seterusnya”. (Rowahu al-Bukhari, Muslim).
Demikian juga apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam masalah ini. Ketika turun Surat Fath ayat 1 yang menetapkan pengampunan Kepada Rasulullah atas dosa yang terdahulu dan yang akan datang, kesungguhan Rasulullah SAW dalam beryukur semakin menjadi. Shalat malamnya membuat kedua kaki beliau bengkak-bengkak, sehingga Aisyah pun berkata,”Kenapa engkau berbuat seperti ini? Bukankah Allah telah menjamin untuk mengampuni segala dosa-dosamu baik yang awal maupun yang akhir?”Rasulullah menjawab, “Afalam akuunu abdan syakuron”-Tidakkah aku menjadi hamba yang bersyukur-. (Rowahu Al Bukhari).
Dari hal tersebut diatas kita perlu menelusuri lebih sebagai hamba yang beryukur. Walaupun tertulis sedikit kita berharap dan berusaha menjadi bagian yang sedikit itu. Sebagai inspirasi cerita berikut menjadi keteladanan. “Suatu saat umar bin Khathab pernah mendengar seseorang berdo’a, “ Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan yang sedikit”. Mendengar itu, Umar terkejut dan bertanya,”Kenapa engkau berdo’a demikian?” Sahabat itu menjawab,”Karena saya mendengar Allah berfirman,” Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur”, makanya aku memohon agar aku termasuk yang sedikit tersebut,”
Maka dari itu butuh kesyukuran didalam semua hal yang pernah kita terima. Tapi kalau kita yakin Allah yang memberikan dan Allah yang mengambil semua itu maka kita perlu “Kewalahan Syukur” atas segala nikmat dari Allah SWT. Ucapan Syukur: Alhamdulillahirobbil A’lamin artinya segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

{ 1 komentar... baca yang dibawah atau tambah komentar juga }

  1. Faa bi ayyi alaa'i robbikuma tukadzibaan ?

    semoga kita semua tergolong hamba-hamba Allah yang selalu bersyukur, krn dengan bersyukur kita akan mendapatkan cinta-Nya.

    ReplyDelete

Hak Cipta © KBM al-Manshurin | Desain : Muhammad Andri Maulana (MAM Pic. Prod.)